Friday 6 November 2015

MENCINTAI KEHILANGAN

Assalamu'alaikum guys..
Masih ingat dengan tulisan Emma yang berjudul "Kopi Hitam itu Manis (Asal)" ..
tulisan kali ini melanjutkan kisah yang ada di tulisan sebelumnya..
https://guebukanmonyet.files.wordpress.com/2008/02/balon.jpg


<3 <3 <3

"Jadi apa isi kotak hitam itu kak?" tanya Sasa, adik Mawar yang semakin penasaran.
"rahasia" jawab Mawar singkat.
  
   Mawar enggan bercerita dari siapa kiriman kotak hitam itu dan berisi apa. Karena baginya isi dari kotak itu sangat istimewa. Hari-hari Mawar terasa berbeda sejak dia memperoleh kiriman itu. Sasa seperti melihat kakak yang super cerewet berubah menjadi lembut dan anggun. Perubahan drastis!!!

Hingga suatu malam..
"Ibu.." sapa Mawar dengan memeluk erat ibunya yang duduk di sebelahnya. Terlihat muka ibunya yang teduh namun hanya terdiam dengan memakai daster favoritnya, warna putih dengan corak bunga-bunga warna abu-abu.
"Bu, apakah sudah waktunya Mawar untuk memiliki pendamping hidup?" tanya Mawar pelan dengan terus memeluk ibunya.
"Kenalkan dulu pada ibu" jawab ibu Mawar singkat sambil tersennyum.

 ***

"Astagfirullah.."Mawar terbangun dari mimpinya.
"Ternyata cuma mimpi" gumam Mawar sendiri.

     Segera Mawar mengambil air wudhu untuk menunaikan sholat malam dan disela-sela untaian air mata dia memanjatkan do'a untuk ibunya. Pikirannya menerawang dan menyusuri memori Sabtu, sehari sebelum Mawar kehilangan separuh jiwanya. 

***
19 November, Sabtu malam empat tahun silam..

"Ayo yang cepat jalannya, sudah malam ini" perintah Mawar kepada Sasa sambil membawa tas berukuran besar di tangan kirinya.
"Iya iya...tenang..aku lapar" jawab Sasa sambil menggerutu yang masih menggunakan seragam sekolah.

"Assalamu'alaikum.."kata Mawar sambil mencium punggung telapak tangan kanan Ayahnya.
"Wa'alaikumsalam.., bu lihat siapa yang datang.. jawab Ayah dengan wajah tersenyum sambil mengelus rambut ibunya.
"Bu.. sudah makan? kenapa nggak mau makan bu?" tanya Mawar yang sedang duduk di samping ibunya dan melihat makanan di meja belum dimakan.
Ibu Mawar hanya terdiam dengan  muka pucat, melamun,memegang tangan ayahnya dan tidak menghiraukan kedua anaknya datang.
"Kak lapar, ayo beli makan di luar!" ajak Sasa sambil memegang tangan Mawar.
"Pak Mawar keluar sebentar ya" jawab Mawar sambil mencium kembali punggung telapak tangan kanan Ayahnya.

***

Setengah jam kemudian..
"Mbak.. cepat masuk ke dalam, ibumu melepas infusnya lagi sampai darahnya keluar kemana-mana" kata seorang Bapak dengan nada khawatir saat kami berdua memasuki kamar pasien tempat ibu dirawat.
 
     Segera kami berlari menuju kamar ibu. Aku lihat Ayah tidur pulas di samping ibu sambil duduk, begitu pula dengan ibu.
"Ayo pulang kak uda jam sembilan malam, besok kesini lagi kan minggu.." rayu Sasa yang terlihat mengantuk.

    Iya benar..saat malam itu kami ada di sebuah rumah sakit dan untuk pertama kalinya Sasa menjenguk ibunya secara langsung. Karena sebelumnya dia sibuk dengan tugas sekolah yang mengharuskan dia selalu pulang malam. Sedangkan Mawar sudah terbiasa dengan kondisi bolak balik kampus rumah sakit untuk menjenguk ibunya. Jarak kampus dan rumah sakit yang cukup dekat membuat Mawar tak risau jika harus berjalan kaki ke rumah sakit. Disana Mawar sekadar bercanda dan menceritakan apa saja yang dilakukan seharian kepada ibunya. Gelak tawa seakan berusaha untuk menghentikan waktu agar tidak ada cerita tentang kehilangan. Namun malam itu seakan berubah. Ibu Mawar seakan tidak lagi mengenali kedua anaknya.

***

Minggu pagi kala itu..
"Ibu..." jeritan Mawar yang melihat ibunya dengan balutan kain putih dimasukan ke tempat peristirahatan terakhir. Dilihatnya Sasa tak kuasa menahan tangis hingga harus dipegangi badannya oleh salah satu saudara.
     Mawar yang berdiri lemas tanpa mengeluarkan air mata setetespun. Seluruh tubuhnya kaku dan dingin. Hanya satu kata yang mampu dia katakan. Tapi entah mengapa justru air mata tak kuasa mengalir di pipinya. Dadanya terasa sesak dan susah untuk bernapas. Dia tak sanggup untuk melangkah lagi dan tak sanggup pula untuk menatap lagi. Senyap..sepi..seperti di lorong gelap tanpa sinar..

*** 

Isi kotak hitam itu adalah..
sketsa ibu dengan seorang anaknya, hadiah dari seorang teman Mawar karena Mawar sudah mau menjadi teman penanya untuk beberapa bulan ini. James, seorang pemuda dengan mata sipit asal negeri matahari terbit yang sedang menggeluti bidang seni lukis di Paris.  
Sketsa itu mengembalikan ingatan Mawar tentang betapa indahnya mencintai kehilangan. 

Mencintai Kehilangan..
Sebuah keputusan tanpa bersyarat..
Sebuah pilihan tanpa paksaan..
Karena memang sebenarnya..
Tidak ada yang benar-benar dimiliki..

Mencintai kehilangan..
Sejuta kekuatan yang meredam kepiluan..
Sejuta untaian kasih sayang yang tak kunjung padam..
Terbungkus rapi dalam sebuah keikhlasan..

***



https://langitshabrina.files.wordpress.com/2015/02/ballon.jpg
Tidak perlu ada kata perpisahan..
Tidak perlu harus ada tangisan..
Kita hanya perlu melepaskan..
Seperti melepaskan balon untuk terbang ke angkasa..
Biarkan balon-balon yang terlanjur lepas itu untuk terbang..
Terbang menyusuri arah angin..
Angin yang mengarahkan tujuannya..
Entah kemana balon itu akan berpulang..
Tapi ingat..
Masih ada balon yang lain di genggaman..
Jagalah balon itu selama masih ada kesempatan..



***

Terimakasih sudah menyimak tulisan Emma kali ini guys..
Please, don't be silent reader yaa..
Emma membutuhkan suntikan motivasi dalam bentuk kritikan maupun saran untuk perbaikan tulisan berikutnya. Dengan cara memberikan komentar di tulisan ini.

Semoga bermanfaat ya guys..
Wassalamu'alaikum..
Keep writing, always inspiring# 30DWC

4 comments:

  1. jadi ikut sedih membaca cerita diatas.......untuk mawar dan sasa.....tetap semangat......

    *untuk Ibuku dirumah.....I Love You Full :-) .....terimakasih :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. trmksh mas dani.., salam buat ibu di rumah.haha

      Delete