Wednesday 24 February 2016

JADI IBU RUMAH TANGGA#Part 2 APA SALAH ANAKNYA?

Kali ini bukan cerita tentang si Tulip yang memilih ta'aruf setelah lulus SMA, melainkan tentang kisah nyata beberapa ibu-ibu rumah tangga bersama anak-anaknya. Mari kita simak bersama ya.

1. Kisah pertama datang dari salah satu tetangga di tempat tinggalku. Ibu muda ini memiliki dua orang anak, seorang putra dan putri dimana jarak usia kedua anak hanya satu tahun. Rumah tangga ini sekilas terlihat harmonis karena memiliki rumah yang cukup nyaman, apalagi rumah terasa lengkap dengan kehadiran kedua anak , laki-laki dan perempuan. Si ibu yang bekerja paruh waktu menjaga toko di mall dan si Ayah bekerja di perusahaan swasta.

Kedua anaknya tidak diasuh oleh pembantu,melainkan di rumah berdua saja. Si ibu bekerja setiap sore ke malam setelah anak-anaknya pulang sekolah dan si ayah bekerja pagi sampai sore. Kedua anaknya dibiarkan begitu saja di rumah. Si ibu juga terkenal sedikit judes. Entah mengapa aku sering mendengar si Ibu muda ini berteriak keras kepada kedua anaknya. Anak-anak mereka yang masih berusia kisaran 7 dan 6 tahun tampaknya terlihat diam, tetapi ternyata sedikit nakal. Entah nakal dalam hal apa, karena setiap aku bertemu mereka di lingkungan rumah kelihatannya mereka tidak nakal. Wajar jika bertengkar dengan teman, namanya juga anak-anak. 

Tetapi siang itu aku melihat kejadian yang membuatku "diam tak bisa berbuat apa-apa". Si ibu sangat marah sekali hingga mengejar anak putrinya dan akhhirnya si putri terjatuh di kubangan lumpur. Saat si putri tertangkap dengan genggaman tangannya, si Ibu langsung memukul si putri beberapa kali. Si putri berteriak sambil menangis. Si putri meneriakan kalimat yang buruk kepada ibunya sendiri. Hingga si Ayah ikut mendatangi mereka. Si Ayah berusaha menarik tangan si putri dan mengajaknya pulang. Tetapi si putri tidak mau. Akhirnya si putri dibiarkan tergeletak di atas lumpur dengan terus menangis. Kedua orang tuanya pergi meninggalkannya. 

Para tetangga yang melihat kejadian itu hanya bisa melihat saja tanpa membantu si putri keluar dari lumpur itu. Aku tau sekarang, ternyata para tetangga takut dengan si Ayah. Si ayah terkenal bersikap dingin dengan para tetangga dan si Ibu terkenal memukul dan memarahi anak-anaknya.

Apa kesalahan si anak? malah biasanya aku lihat, jika kedua anaknya nakal, si Ibu mengunci mereka di luar rumah. Mereka hanya menangis dan berharap dibukakan pintu.

2. Kisah kedua datang dari seorang ibu yang aku kenal. Beliau bekerja di salah satu perusahaan swasta yang cukup benefit. Si ibu memiliki dua anak putri yang duduk di kelas satu SMP dan lima SD. Aku memang tau kalau si ibu sangat begitu sibuk. Hingga waktu kedua putrinya lebih sering dihabiskan dengan si Ayah.

Hingga suatu ketika, si putri yang kedua belum mandi hingga sudah malam. Padahal dia sudah sekolah seharian. Dan saat si ibu pulang, si ibu bertanya.. "adik sudah mandi? sudah makan belum?" si putri yang pertama menjawab "sudah ma" tetapi ternyata putri yang kedua belum mandi dan belum makan malam.

Si ibu terlihat kesal dan mulai mengomeli si putri. Inti omelannya itu mengatakan bahwa harus mandi dan makan. Dengan sedikit ketakutan, si putri langsung bergegas mandi kemudian setelah itu dia makan malam. Si ibu tidak menemaninya makan karena lelah kerja seharian. Si ayah yang berprofesi sebagai pengusaha lebih sering menghabiskan waktu di rumah pada pagi hingga siang. Saat sore dan malam si Ayah pergi untuk bisnisnya. Jadi, kedua putrinya lebih sering di rumah dengan pembantu.

Si putri yang kedua memang sangat susah untuk makan. Sehari bisa hanya sekali dia makan nasi. Saat makanpun, dia lebih suka makan nasi banyak dengan lauk dan sayur yang sedikit. Di sekolahpun dia jarang membeli jajan. Dan suatu ketika akhirnya si putri yang kedua jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit.

Si putri mengalami sakit typus dan asam lambung karena dia suka telat makan hingga sakit maag yang parah. Akhirnya si ibu izin untuk pulang kerja lebih cepat agar bisa menemani si putri di rumah sakit. Tetapi si ibu belum bisa meninggalkan pekerjaan 100% hingga si putri sehat. Si ibu tetap memilih bekerja, hanya saja izin pulang cepat.

3. Kisah ketiga datang dari seorang ibu yang full-time bersama seorang putranya yang masih duduk di bangku TK besar. Sang ayah bekerja di luar kota dan setiap seminggu sekali pulang. Ibu ini sangat menyayangi anaknya hingga segala yang diinginkan si anak berusaha untuk diwujudkan. Hingga suatu ketika si anak merusak mainan mahal yaitu gadget. Dan si ibu marah besar hingga memukuli si anak.

Si anak malah menangis tidak karuan. Dia membanting semua barang-barang di sekitarnya. Dan si ibu malah membiarkan si anak menangis begitu saja. Dan suatu ketika, saat si anak menginginkan suatu benda, si ibu tidak mau mewujudkannya karena uangnya menipis. Tetapi si anak tetap ngotot dan menangis. Dan akhirnya si ibu membiarkan si anak menangis begitu saja.

DARI KETIGA contoh diatas, apa bisa ditarik kesimpulan?

Pada kisah pertama..
Si anak nakal karena dia berkaca dari kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya khususnya ibu memiliki kepribadian yang tidak baik untuk dicontoh si anak. Akhirnya si anak merekam semua hal yang dia alami dengan si ibu dan menirukannya. Apa salah anak jika dia menjadi anak yang memberontak?

Pada kisah kedua..
Si anak tidak merasa dekat secara emosional dengan si ibu karena si ibu yang terlalu sibuk dengan pekerjaan. Si anak merasa kurang perhatian sehingga komunikasi antara ibu dan anak tidak berjalan dengan baik. Si ibu tidak begitu mengenal karakter anaknya. Apa salah si anak jika tidak mau makan dan susah menuruti perintah ibunya?

Pada kisah ketiga..
Si anak terlalu dimanjakan oleh si ibu. Dan akhirnya saat keinginannya tidak dituruti, si anak marah dan timbulah rasa manja kepada si anak. Apa hal itu baik untuk si anak? Apa salah si anak jika dia akhirnya nakal?

Sebenarnya tidak ada anak nakal
yang ada itu orang tua yang kurang akal
kurang akal untuk mendidik anak dengan benar
Dia anakmu, bukan percobaanmu
-HEF-


Jadi..

Usia keemasan anak pada 0-8 tahun, saat itu peran kedua orang tua sangat penting untuk perkembangan anak. Khususnya seorang ibu, cara ibu mendidik anak sangat mempengaruhi karakter anak ke depan. Maka dari itu, penting bagi si ibu untuk lebih dekat dan masuk ke dunia sang anak. Anak itu tidak bisa dipaksa untuk melakukan suatu hal yang orang tua mau, tetapi anak malah bisa meniru kedua orang tua dan merekam semua kejadian baik/buruk yang diterima.


Karena ibu yang cerdas..
Bukan ibu yang memiliki nilai bagus saat sekolah..
Bukan ibu yang cantik seperti model dan menawan..
Bukan ibu yang pekerja keras untuk mencari nafkah..
Bukan ibu yang memuaskan keinginan anak dengan benda..
Bukan ibu yang pintar memasak saja..
Bukan ibu yang pandai bergaul dengan banyak orang..

Karena ibu yang cerdas..
Ibu yang bisa masuk ke dunia anaknya..
Ibu yang menempatkan si anak sebagai teman akrab..
Ibu yang mampu mengajarkan agama dengan benar..
Ibu yang bertutur kata lembut meskipun marah..
Ibu yang bersikap ramah meskipun kesal..
Ibu yang perhatian meskipun lelah..
Ibu yang selalu tersenyum meskipun sedih..
Ibu yang memberikan contoh untuk saling menyayangi..
Ibu yang memberikan contoh untuk saling memberi..
Ibu yang tidak perlu menuruti semua ingin anak..
Tetapi mau melakukan apapun meskipun tidak mampu..
Ibu yang mengajarkan kepada anak bahwa kehidupan ini terlalu singkat jika diisi dengan keburukan..
 
Ibu adalah sebaik-baiknya sosok yang mampu mengarahkan anak menuju arti sukses sebenarnya
-HEF-

 

No comments:

Post a Comment