Saturday 5 March 2016

TIDAK NYAMAN BERBUAT SALAH

Jika malam minggu para jomblo ada yang galau tentang kesendiriannya, aku justru sebaliknya. Aku galau tentang suatu hal yang sudah aku lakukan di hari sabtu ini. 

Aku sengaja berbohong untuk menutupi hal yang sebenarnya.

Iya, parah. Dan jangan dicontoh. Memang aku berbohong apa?

Well, jujur aku katakan bahwa aku sudah melakukan suatu keputusan yang lumayan dahsyat dalam hidupku, yaitu memilih mempensiunkan diri sendiri sejak dini alias resign dari kantor yang sebelumnya menjadi lahan rezekiku. Memang kenapa? intinya aku ingin mencari ketenangan yaitu melalui jalan hijrahku. Panjang jika aku ceritakan, tapi kini aku merasa "I am being my own self" sepenuhnya menjadi diriku. Dengan profesi sebagai wirausaha, baik dari segi pendidikan yaitu membuka les privat dan berwirausaha hijab serta berencana untuk membuka usaha retail dengan teman-teman. Jangan tanya berapa pendapatan, lebih enak mana antara menjadi karyawan dan wirausaha. Jelas, masih lebih enak jadi wirausaha. Karena seorang entrepreneur itu menjadi bos untuk diri sendiri dan menjadi pemimpin untuk orang lain. Dan aku sangat menikmati proses ini.

Lalu, apa kebohongan yang aku lakukan hingga galau di hari sabtu ini?

Saat aku ada kelas mengaji di Nurul Hayat Sabtu pagi ini, ada beberapa ibu-ibu yang bertanya tentang profesiku. Maklum, aku masih baru mengikuti  kelas mengaji di Nurul Hayat. Dan.. pasti kamu bisa menebak kebohongan apa yang aku sampaikan.

Aku dengan jelas masih mengatakan bahwa aku bekerja di suatu perusahaan yang tidak lain tempat kerjaku dulu. Meskipun diakhir pembicaraan aku mengatakan bahwa aku memilih untuk resign untuk fokus usaha. Tetap saja aku telah membohongi mereka dan seperti "pecundang" saja karena tidak menghargai diriku sendiri.

Selama perjalanan pulang hingga sebelum maghrib, aku terus berpikir. Berkali-kali menyebut kalimat "astagfirullah.." sungguh amat menjijikan perbuatanku itu.

Dulu, sebelum aku mantap berhjrah, jika aku melakukan suatu kebohongan yang disengaja, aku seakan biasa saja. Tidak ada beban sama sekali hingga tidak sempat untuk bergalau karena tidak nyaman. Aku nyaman saja melakukan perbuatan tercela itu. Sekecil apapun kebohonganku.

Tapi itu dulu. Seperti seekor kupu-kupu, aku mengalami proses panjang untuk bisa bermetamorfosis menjadi muslimah akhir zaman. Dan kali ini aku sangat menyesal, sangat.

Lalu aku ceritakan kepada uztadzah Nia, beliau adalah murobbiku dalam liqo' atau kelas belajar agamaku. Aku jujur sejujurnya melalui chat WA. Aku sudah siap menanggung resiko dengan aku curhat jujur kepada beliau. Aku sudah berpikir beliau pasti marah kepadaku, tapi hati kecilku mengatakan bahwa mana mungkin beliau marah kepadaku. 

Ternyata jawaban beliau seperti ini..

" Alhamdulillah kalau emma merasa tidak nyaman telah berbohong, sekecil apapun kesalahan yang emma perbuat itu. Itu tanda keimanan dalam hati kita. Ketika berbuat salah merasa tidak nyaman. Justru rasa seperti itu harus terus dipupuk. Banyak orang yang merasa biasa dengan dosa dan kesalahan. Itu karena keimanan dan aqidahnya lemah.."

Beliau juga memberikan saran agar aku berkata jujur, tidak mengulanginya dan istiqomah. Mengapa aku harus bohong dengan dalil biar tidak malu. Justru seharusnya aku malu kepada Allah SWT. Karena ini memang jalan yang harus aku lalui. Rezekiku sedikit atau banyak itu juga dari Allah SWT. Karena aku ingin hidupku berkah bukan nikmat semata.

Aku memang menyesal dan berusaha untuk mengendalikan emosiku agar tidak berbohong lagi. Dan aku sudah memutuskan untuk mengatakan yang sejujurnya kepada beberapa ibu tersebut nanti. Aku akan mengatakan bahwa aku sudah resign dan sedang menjalankan usaha. Usaha yang aku rintis dengan doa dan ibadah. Karena sebelumnya, saat aku bekerja di kantor, aku merasakan tidak 100% untuk niat beribadah. 

Ada beberapa hal yang membuatku tidak nyaman dan memberontak. Berbeda pemikiran dan pemahaman. Iya, inilah alasanku memutuskan resign dan memilih jalan hijrahku. Jika dulu impianku semasa kuliah, ingin bekerja di perusahaan besar dan melanjutkan kuliah ke luar negeri. Tetapi sekarang, impianku hanya satu "menerima semua takdir Allah SWT dengan memilih jalan hijrah". Jalan yang benar-benar menguras air mata dan menguji keimanan. Namun, jelas surga balasannya.

Aku malu dan menyesal
Dengan kebenaran yang aku sembunyikan
Seburuk apapun kebenaran menurutku
Menurut Allah SWT itu yang terbaik untukku
Ampuni hamba-Mu ini
-HEF-



 

No comments:

Post a Comment