Wednesday 2 March 2016

SUAP-SUAPAN KEDONDONG

Judul tulisan kali ini maksudnya apa ya?

Maksudnya apa suap-suapan kedondong?

Siapa yang tidak tahu buah kedondong, sudah banyak yang tahu pasti kan. Buah kedondong itu dagingnya sedikit keras dan bijinya di dalam berduri. Kalau dibuat manisan lumayan enak karena dagingnya menjadi lunak dan sudah dibumbui, pastinya.

Suap-suapan kedondong itu kiasan. Artinya beberapa orang, bisa dua atau lebih, saling berdebat mengenai suatu hal. Iya berdebat. Mereka saling memberikan argumen, saling berpendapat dan memberikan komentar namun sebenarnya tidak ada ujungnya. Yang ada hanya saling menguatkan argumen masing-masing dan merasa benar sendiri.Seperti memakan kedondong sama bijinya.

Jangan sampai makan kedondong kena bijinya
Karena itu seperti perdebatan yang tiada akhir
-HEF-

Dan saya jujur, pernah berada dalam moment seperti itu. Sikap "ngeyel" alias merasa argumen saya benar dan yang lain salah. Padahal bukan bermaksud merasa menang sendiri, tetapi merasa benar. Hem.. dan itu benar bukan tindakan yang patut dicontoh apalagi dilestarikan.

Lalu sekarang pertanyaannya, 
MENGAPA ada orang yang suka "menyuapi kedondong"? 

Ide tulisan ini tiba-tiba datang saat saya menonton acara Mata Najwa di metro TV tentang Wajah Penjara. Intinya, Kak Najwa berbincang dengan Pak Menteri Hukum dan Ham setelah memantau alias menyidak lembaga Pemasyarakatan yang ada di Kota Medan bersama BNN. 

Saat saya menyimak perbincangan mereka berdua, seakan ada suap-suapan kedondong di dalamnya. Kok bisa?

Saat Kak Najwa menanyakan yang secara garis besar tentang..

"Bagaimana bisa di dalam penjara masih ada transaksi narkoba dan handphone berkeliaran?"

" Sudah tahu semakin lama penghuni lapas meningkat, tetapi mengapa kapasitas ruangan masih kurang? sampai ada yang tidur dibawah kolong dan lantai. Dan ada penghuni sel yang melebihi kapasitas sel seharusnya"
"Mengapa tampak ada diskriminasi antara sel penjara pidana hukum dan tipikor? perbedaan tempat tidur, mandi hingga makanan?"

"Bagaimana dengan UU no.99.... ?"

" BNN ingin menyergap besar-besaran semua lapas untuk menyidak, mereka mencoba melawan Anda.."

"Adanya perbedaan remisi antar narapidana dan koruptor.."

dsb

Saya tidak akan mengulas apa jawaban pak Menteri, tetapi disini saya tegaskan bahwa jawaban pak Menteri belum memuaskan hati dan mata saya sebagai penonton acara dan sebagai rakyat Indonesia. Saya memang tidak seberapa paham dengan permasalahan hukum di Indonesia, tetapi saya juga tidak bodoh-bodoh amat. Dari jawaban Pak Menteri tersebut seperti bertele-tele, belum menjawab detail pertanyaan dan pendapat Kak Najwa. Dan seakan Kak Najwa tidak melakukan feed back atau penggalian informasi yang lebih dalam. Hem.. sangat disayangkan sekali. Seakan saling "suap-suapan kedondong" dimana belum bertemu ujungnya alias jawaban yang spesifik.

Dibalik itu semua Mata Najwa sudah memberikan berita yang nyata untuk asupan tontonan yang bermutu bagi penikmatnya.

JADI..
MENGAPA ada orang suka "menyuapi kedondong?". Dia belum bisa memberikan solusi atau jawaban yang tepat dari setiap argumennya. Namun tetap saja "ngotot" dengan argumennya atau berhenti tanpa ada kejelasan.

Bisa saja karena dia memiliki sifat yang egois. Dia tidak mau menyerap argumen orang lain untuk dipertimbangkan. Hanya mau mendengarkan saja tanpa dipertimbangkan lagi. Dan bisa saja dia orang yang tidak jujur alias ada yang disembunyikan. Selain itu bisa saja dia tidak berani, malu, membela diri atau tidak mampu berargumen. Banyak sekali faktor mengapa seseorang "menyuapi kedondong". Dan khusus untuk para wakil rakyat dari tingkat bawah sampai di level presiden dan DPR serta menteri, sudah sewajarnya bersikap yang benar dan benar. Bukan benar-benaran tanpa kebenaran, bukan juga "harus" bersikap benar. Karena bersikap benar itu wajar alias sudah menjadi kebiasaan, jangan jadi keharusan hingga ditakuti sampai-sampai merugikan banyak pihak.

Kutipan dari petuah Kak Najwa..

"Penjara bukan lagi lembaga kemasyarakatan tetapi sebagai pabrik kejahatan"

Berbicara jujur memang tidak mudah..
Tetapi bukan berarti susah untuk dilakukan..

Aku suka memakan kedondong tanpa biji
Karena bijinya tajam setajam kalimat tanpa kebenaran
-HEF-


2 comments: