Friday 11 March 2016

DIA TERLIHAT HEBAT TANPA IBU

DIA TERLIHAT HEBAT TANPA IBU..

Iya, aku sangat heran dengannya..
Mengapa aku tidak bisa sehebat dirinya..
Dia sudah ditinggalkan ibunya sejak kecil..
Sedangkan aku baru beberapa tahun..

Aku lihat..
Dia sangat kuat dan tegar..
Tidak seperti diriku..

Waktu begitu cepat memberikan fakta..
Fakta bahwa ibu sudah tidak bersamaku selamanya..
Tak pernah terbayangkan..
Begitu tiba-tiba..

Dia terlihat hebat tanpa ibu..
Tidak sepertiku..
Dia masih bisa tertawa di keramaian..
Sedangkan aku harus pandai bersandiwara..
Tersenyum menyembunyikan kesedihan..

Dia terlihat hebat tanpa ibu..
Tidak sepertiku..
Dia lalui hari-hari penuh semangat..
Sedangkan aku harus pandai bersandiwara..
Seolah-olah memberikan energi positif untuk diriku..

Dia terlihat hebat tanpa ibu..
Tidak sepertiku..
Dia mampu menghadapi setiap ujian..
Sedangkan aku harus pandai bersandiwara..
Seakan aku mampu menghadapinya sendirian..

Memang tidak ada yang abadi di dunia..
Sebuah kepergian dan kehilangan..
Menjadi satu paket yang akan selalu datang..
Paketan yang tidak mampu ditunda bahkan ditolak..

Apa dia benar-benar bahagia?
Karena aku tak sepenuhnya merasakan kebahagiaan sepertinya..
Apa dia benar-benar ikhlas?
Karena aku sudah dan masih sedang memahami kata itu..
Apa dia benar-benar kuat?
Karena aku tak merasa kuat namun aku sanggup mencobanya..

Dia terlihat hebat tanpa ibu..
Tidak sepertiku..
Hari demi hari..
Bulan hingga tahun..
Rasa rinduku kepada ibu semakin besar..
Sebenarnya ibu adalah sumber kekuatanku..
Jadi simpulkan saja bagaimana kuatnya aku sekarang..

Dia terlihat hebat tanpa ibu..
Tidak sepertiku..
Dia bisa tersenyum disaat yang lain bersama ibunya masing-masing..
Sedangkan aku pandai bersandiwara..
Pura-pura melihat namun sebenarnya aku tak sanggup..

Mereka bermanja ria, berfoto selfie dan berpelukan mesra..
dengan ibunya masing-masing..
Sedangkan aku hanya menjadi penonton utama..
Iya, penonton utama yang hanya bisa melihat..

Iya, aku tak sanggup melihat yang lain bersama ibu masing-masing..
Tidak seperti dia..
Dia terlihat hebat tanpa ibu..

Apa dia tidak pernah mengalami hal sepertiku?

Kadang aku merasa kesal..
Jika ada orang yang memperlakukan ibu seperti pembantu..
Aku juga kesal jika ada orang yang berani membentak ibunya..
Malah aku semakin kesal jika ada orang yang tidak menyayangi ibunya..

Andai orang itu ada di posisiku,
Apa orang itu masih bisa bertahan untuk hidup?
Seperti dirinya..
Iya, dia yang tampak hebat tanpa ibu..

Bicara tentang dia yang hebat tanpa ibu..
Apa dia tidak merindukan ibunya?
Apa dia tidak iri melihat yang lain masih bersama ibu?
Apa dia tidak pernah menangis karena rindu?
Apa dia tidak pernah rapuh karena kepergian ibu?

Dia memang benar-benar terlihat hebat..
Entah ini hanya menurut pandanganku saja..
Benar atau tidak..
Setidaknya dia tidak bersandiwara sepertiku..
Atau jangan-jangan dia hanya bersandiwara sepertiku juga?
Tapi setidaknya dia pemeran yang hebat..

Tentu aku juga hebat..
Hebat dalam bersandiwara..
Atau bisa dikatakan aku tidak punya keberanian..
Keberanian untuk menerima kenyataan..
Aku memang tidak baik-baik saja sejak kepergian ibu..
Tetapi aku bisa pastikan bahwa..
Aku akan berusaha baik-baik saja selama aku masih hidup..

Siapa bilang separuh jiwa seseorang akan hilang..
Ketika ditinggal pergi orang yang paling dicintai..
Buktinya diriku..
Seluruh jiwaku sudah hilang sejak kepergian ibu..
Seseorang yang menguasai jiwaku sepenuhnya..
Iya aku tahu, semua kehendak Allah SWT.. 
Aku juga tahu, penguasa jiwa sebenarnya itu Allah SWT..
Tapi apa aku salah jika terlalu mencintai ibuku sendiri?

Lantas, mengapa aku masih bisa bertahan hingga sekarang?
Karena aku melihat Dia..
Dia yang terlihat hebat tanpa ibu..
Berarti aku juga bisa sepertinya..


Created by: HEF (Hamasah Emma Febryanti)
 
 

No comments:

Post a Comment