Monday 7 December 2015

BERBAGI KISAH: AKHIRNYA AKU MANTAP BERJILBAB

"Ibu saja belum berjilbab, apa iya aku berjilbab?"

Pertanyaan besar dalam benakku siang ini. Aku yang telah duduk di bangku SMP kelas 3. Menjelang ujian penentuan kelulusan, teman-teman bukan prepare belajar supaya dapat nilai terbaik malah asyik membicarakan tentang liburan ke luar kota. Tetapi aku masih disini, duduk di ruang perpustakaan saat jam istirahat tiba. Aku bukan sedang belajar, tetapi aku sedang membaca surat dari Nurfa, temanku saat SD. Dalam suratnya dia bercerita sedang belajar di sekolah islam di Kediri. Yaps, kini dia berjilbab. Jilbab? dia menyelipkan fotonya bersamaku saat pondok Ramadhan dan fotonya saat ini dengan berbalut jilbab warna ungu. 
"Kenapa aku ini? seharusnya aku fokus mikirin unas daripada jilbab"

Tetap saja batinku bergulat. Saat melihat teman-teman sekolah yang nyaman dengan jilbabnya, sungguh betapa aku ingin sekali memakainya juga. Tapi... bukan takut gerah, dibilang sok alim atau belum siap. Kalau aku berjilbab sekarang, ibuku saja belum. 

***

Akhirnya masa putih abu-abu sudah di depan mata. Dan... aku yang saat ini berada di sekolah kejuruan, siap menyapa suasana baru dengan penampilan baru. Yaps benar, aku kini berjilbab dengan memakai rok panjang dan baju lengan panjang tentunya. 


Sedikit membutuhkan keberanian untuk memutuskan berjilbab saat ini. Aku berkata kepada ibu bahwa aku mempunyai nadzar alias janji kepada Allah SWT jika masuk di sekolah kejuruan favoritku, aku akan berjilbab. Dan... ibu dengan lapang dada menerimanya. Aku kira akan sulit untuk meyakinkan ibu tentang keputusanku ini, ternyata aku yang terlalu berlebihan. 

"Karena Allah SWT ada dalam prasangka hamba-Nya, maka tetaplah berprasangka baik kepada Allah SWT, atas kehendak-Nya semua akan berjalan sesuai rencana-Nya yang tak akan mengecewakanmu sedikitpun"

Bagaimana dengan ibu sendiri? seiring berjalannya waktu ternyata ibu mulai berjilbab juga jika keluar rumah. Senangnya hatiku, entah perasaan apa ini tapi aku begitu bangga dengan perubahan dalam diriku dan juga ibu. Karena dalam do'aku , aku selalu menyelipkan do'a agar ibu juga berhijrah seutuhnya.

***
" Kalau berjilbab itu jangan setengah-setengah, kadang-kadang berjilbab, kadang-kadang tidak. Masak iya sholat juga setengah-setengah. Kadang-kadang sholat, kadang-kadang tidak. Karena keduanya itu sama, keduanya itu Kewajiban umat muslim"

Jleb, ceramah agama saat diujung perpisahan kelas 3 SMK ini sangat memukulku. Seakan selama tiga tahun ini aku seperti mempermalukan diriku sendiri. Iya, jika aku ke sekolah atau ada kegiatan di luar aku memakai jilbab, tetapi saat aku keluar rumah hanya berjarak beberapa meter dan saat ada saudara ke rumah aku tidak berjilbab. 

***

Hingga suatu ketika beberapa minggu sebelum ujian penentuan kelulusan tiba..

Braaakkk...
Sebuah kecelakaan aku alami saat tengah malam itu. Jam menunjukan pukul 23.00 WIB, iya sekitar itu. Tabrakan sesama motor terjadi di Jalan. Wonokromo. Temanku yang memboncengku tidak separah aku. Wajahku menghantam aspal, hanya berjarak 5 cm saja, kepalaku hampir saja terbentur bibir aspal. Aku seakan kehabisan nafas dan tidak bisa bergerak sama sekali. Hanya sakit di sekujur tubuh yang aku rasakan. Suara kerumunan orang yang membantuku bangkitpun seakan samar terdengar. Hanya kegelapan yang aku temui, tetapi aku masih bisa mendengar dan merasakan sentuhan pertolongan.

Kedua orang tuaku tidak mengetahui kejadian itu karena handphoneku telah hancur. Tidak ada yang bisa dihubungi saat pagi buta itu. Aku hanya bisa merasakan sakit begitu dalam saat beberapa orang berusaha mengobati lukaku di suatu ruangan layaknya operasi. Yaps.. itu memang kamar operasi. Aku tidak bisa merasakan obat bius sama sekali, mengapa tetap sakit? apa yang terjadi dengan wajahku? 

Sebenarnya dari mana saja aku malam-malam? sejak duduk di sekolah kejuruan aku terus berpikir bagaimana caranya sukses lewat ide bisnis. Dan.. salah satu bisnis yang aku jalani saat itu adalah ikut MLM. Tau kan MLM? multi level marketing. Inti bisnisnya membangun jaringan dengan mengajak orang sebanyak-banyak untuk berbisnis. Nah.. produk yang aku jual yaitu obat-obat kesehatan. 

Malam yang sangat menakjubkan..
Mengapa? aku seperti mengalami hidup kedua. Ini semua karena kuasa Allah SWT, luka di bagian mulut memaksaku untuk memakai masker wajah selama sekolah. Untungnya, hanya lutut dan sikuku yang diperban dan aku masih bisa berjalan. I'm so ugly, maybe. Tetapi justru dari kejadian itu aku sangat bersyukur. 

"Entah kenapa justru aku sangat bahagia setelah kecelakaan itu. Padahal kedua orang tuaku tidak terlalu peduli dengan kondisiku. Mereka memang khawatir, tetapi mereka sangat memahami watakku"

Iya watakku. Aku yang saat itu sangat keras kepala dan sangat ambisius untuk mencapai sukses di usia muda. Sukses yang seperti apa? I get passive income, just spend my time with holiday. Iyaps, kebebasan finansial. Haha.. sampai pakai jalan MLM. Tetapi nyatanya.. aku tidak melanjutkan bisnis itu.hehe

Lalu, apa yang membuatku sangat bersyukur? tentu karena aku masih diberi kesempatan Allah SWT untuk memperbaiki diri. 

"Dalam seketika, bisa saja Allah SWT mencabut nyawaku, tetapi ketentuan-Nya sangatlah ajaib. Aku masih bisa merasakan detak jantung, menghirup udara pagi dan berdiri dengan kedua kakiku hingga saat ini"

Jilbab..
Aku sangat menyakini bahwa Allah SWT telah memberikan hidayah kepadaku melalui kecelakaan itu dan tentunya karena aku masih bertahan memakai jilbab. Bisikan setan agar aku melepaskan jilbab sepanjang waktu mampu aku lawan.

Dan.. sejak kejadian itu, aku mantap untuk memakai jilbab meskipun hanya keluar rumah beberapa meter dan menemui saudara di rumah. 

DAN AKHIRNYA AKU MANTAP BERJILBAB..
in everywhere in everytime..
it doesn't just my identity, but this's my self..  

***
"Saat yakin dengan pilihan diri sendiri adalah baik, maka dengan sendirinya Allah SWT akan mengatur jalan hidup yang tidak akan pernah terduga. Dan saat menyadarinya, hati ini akan meleleh menyaksikan begitu cintanya Allah SWT kepada hamba-Nya yang bertaubat"

Jadi, aku masih heran mengapa masih ada kaum hawa yang belum yakin dan mantap untuk berjilbab karena berbagai alasan. Apalagi jika ada yang buka-tutup jilbab. Bukankah seharusnya alasan berjilbab hanya satu yaitu KEWAJIBANKU MEMPERTANGGUNG JAWABKAN SEGALA NIKMAT DARI ALLAH SWT. JILBAB INI ADALAH SALAH SATU BUKTI CINTAKU KEPADA ALLAH SWT.

Menunggu hidayah? sampai kapan menunggu. Seperti jodoh, jodoh memang tidak akan lari kemana-mana. Tetapi kalau tidak dimulai dengan memperbaiki diri dan mencarinya mana bisa bertemu dengan jodohmu? 

Learning by doing bisa, jadi berproses mulai berjilbab meskipun dalam kondisi belum yakin dan masih buka-tutup jilbab. That's okay than never..

Hidayah itu harus dicari. Iya dicari. Tidak hanya ditunggu. Bagaimana mencari hidayah? paksakan diri ini untuk "kepo" alias mencari tahu. Misalkan cari tahu tentang pemakaian jilbab yang benar dalam islam, bertanya kepada teman yang sudah berjilbab dahulu tentang keuntungan berjilbab, membaca buku tentang hijrah maupun jilbab dan cara lainnya. 
***
 
"Dia yang berjilbab saja kelakuannya masih buruk, ngapain berjilbab segala.."

 
Tidak ada hubungannya antara jilbab dan akhlak seseorang. Dua hal yang sangat berbeda. Berjilbab itu kewajiban seperti perintah sholat lima waktu sedangkan akhlak terpuji berasal dari banyak faktor baik dalam maupun luar. Faktor dalam misal pola pkir dan faktor luar misal lingkungan keluarga dan pergaulan. Bagaimana paham kan sekarang? jadi jangan fokus menghakimi orang lain apalagi melihat kekurangannya. Fokus saja dengan diri sendiri dulu, introspeksi diri, kontemplasi alias merenung bermakna. 

"Jarak yang jauh tidak akan pernah ditempuh tanpa ada satu langkah kecil, karena tak akan pernah ada akhir jika tidak ada awal. Awalilah dengan kebaikan meskipun itu tidak mudah.."

*** 

Saat menulis, saat itulah hati berbicara..
Merasa memperoleh manfaat dari tulisan ini? share pendapatmu di blog ini ya reader. Atau bisa diskusi asyik bareng Emma by line:semmangatku/bbm: 54A0F734
Barokallah.. keep writing, always inspiring..
 
 



 

No comments:

Post a Comment